PROPOSAL Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Tari Kreasi Di RA Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia Kec.Seputih Banyak Lampung Tengah TA.2018-2019
PROPOSAL
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI TARI KREASI RA RHAUDHOTUL HUDA SUMBER
BAHAGIA KEC.SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TA.2018-2019
Oleh
:
LAILATUL
KHUSNUL KHOTIMAH
NPM:
1601030017
Jurusan
: Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI
(IAIN)
METRO
1459
H/2018 M
MOTTO
“Hiduplah
Seperti Air Yang Mengalir,
Terus
Berjalan Walau Mengahadapi Berbagai Rintangan
Dan
Hambatan Hadapilah Dengan Sabar Dan Tawakal Kepada-Nya”.
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat-nya
yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan tugas
Proposal yang berjudul “upaya meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui
tari kreasi anak usia dini RA Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia Kec.Seputih Banyak
Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018” . Atas dukungan moral yang diberikan dalam
penyusunan Proposal ini, maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Walfajri, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan
(METOPEN) yang selalu memberikan dorongan
serta masukan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan Proposal
sesuai waktu yang ditentukan.
Saya
menyadari bahwa Proposal ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman yang sifat
nya membangun.
Metro, 26 Maret 2018
Lailatul
Khusnul Khotimah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Sesuai dengan
Undang-Undang Sisdeknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan ditunjukan
bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui pendidikan anak usia dini
(PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal,
non formal dan Informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman
kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk yang sederajat. Pendidikan
anak usia dini jalur non formal berbentuk kelompok bermain (Kober), taman
penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti
bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal
dengan satuan PAUD sejenis (SPS). Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan
untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok
taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun, kelompok bermain (KB) usia 2-6
tahun, kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun. Menurut Mansur anak
usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik.[1].
Pentingnya
pendidikan anak usia dini yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-Undang
Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Mereka
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya, dengan cara mengembangkan motorik pada anak[2].
Berdasarkan
urian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan pada anak itu terbentuk sejak
lahir dimana orang tua menjadi pendidikan yang pertama pada anaknya. Maka dari
itu karakter pada anak akan terbentuk sesuai didikan dari orang tuanya.
Selanjutnya pendidikan yang harus ditempuh oleh anak usia dini pada umur 2-6
tahun menyesuaikan jenjang yang telah ditentukan, salah satu aspek yang
mengembangkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya pada anak usia dini yaitu
kemampuan motorik.
Motorik merupakan
gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berjalan,
melompat, memukul, dan menarik. Perkembangan fisik-motorik diatas dapat
diketahui bahwa pada anak usia 5-6 tahun (kelompok B) otot kasar dan otot halus
anak sudah berkembangan. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan
dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan gerakan yang terkordinasi.
Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan
baik. Anak sudah dapat melakukan gerakan tangannya, seperti mengayunkan tangan,
melenggokan badan dan lainnya[3].
Meggit dalam
setiowargo meyatakan bahwa kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk
menggunakan otot-otot besar pada tubuh seorang anak. Ketika melakukan gerak
motorik kasar, seorang anak membutuhkan tenaga. Gerakan ini mengandalkan
kematangan koordinasi. Perkembangan motorik kasar lebih dulu berkembang dari
pada perkembangan motorik halus. Hal ini terlihat anak lebih dulu mampu
berjalan dari pada mengontrol jari-jarinya dan tangan untuk menggunting atau
menulis. Pembelajaran motorik kasar merupakan pembelajaran yang dirancang
khusus guna mengembangkan fisik motorik kasar anak.[4].
Jadi
penjelasan diatas dapat dipahami Pembelajaran dan perkembangan motorik kasar
pada anak usia sekolah memiliki rangkain tahapan yang berurutan Motorik kasar
adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota
tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh
yang merupakan hasil pola interaksiyang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Berdasarkan
pengamat yang saya lakukan di RA Rhaudhotul Huda yang beralamatkan di desa
Sumber Bahagia kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah mengenai
kemampuan Motorik Kasar yaitu terdapat permasalahan dari aspek perkembangan
motorik kasar pada anak, pembelajarannya lebih menekankan pada perkembangan
kognitif, bahasa, dan motorik halusnya saja, seperti hanya menulis, menggambar
dan membaca. Sehingga motorik kasar
kurang diperhatikan dan kegiatan yang dilakukan kurang menarik bagi anak serta
kurangnya persiapan guru dalam membuat rangkaian gerakan suatu objek dalam
pembelajaran. Mengakibatkan anak mudah lelah dan bosan saat melakukan aktivitas
motorik kasar seperti bergerak menirukan gerakan suatu objek yang diajarkan
guru, aktivitas anak dalam menirukan gerakan dari suatu objek yang diajarkan
guru masih belum terampil dan beragam, dan saat pembelajaran motorik gerak dan
lagu banyak anak yang terlihat kurang antusias dalam melakukannya, ada juga
anak yang berlarian tidak mengikuti lagu dan gerakan yang di lakukan oleh guru.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dipahami bahwa meningkatkan motorik kasar berperan sangat
penting untuk perkembangan anak. Anak usia dini membutuhkan kegiatan yang
terampil, menarik, menyenangkan dan tidak membosankan dalam melakukan gerakan
motorik kasarnya, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Tari Kreasi.
Tari
adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh manusia, Wulandari
menyatakan tari kreasi adalah tari yang mengalami pengembangan atau bertolak
dari pola-pola tari tradisi yang sudah ada[5].
Berdasarkan
penjelasan di atas bahwa pengertian tari kreasi untuk anak usia dini adalah
tari yang sudah mengalami pengembangan yang mana pola garapannya dapat berupa
hasil kreativitas penciptanya dan di sesuaikan dengan karateristik kemampuan
motorik anak usia dini.
Adapun penyebab permasalahan yang
ditemukan antara lain: guru memberikan contoh
gerakan objek yang bersumber dari tema yang yang diajarkan secara
monoton dengan menggunakan aba-aba saja tidak diselingi dengan bermain.
Terkadang juga gerakan yang dilakukan oleh pendidik hanya itu-itu saja, kurangnya
pengetahuan pendidikan dalam menciptakan gerakan yang baru, itu membuat anak
usia dini kurang tertarik untuk mengembangkan motorik kasarnya melalui tarian
kreasi. Adapun kelebihan dalam kegiatan mengembangkan motorik kasar melalui
tarian kreasi ini adalah untuk melenturkan otot-otot pada anak usia dini,
mengembangkan fisik motorik kasar maupun halus, meningkatkan motorik dengan
gerakan tangan badan dan kaki dimana gerak tubuh anak akan semakin lentur dan
lemas. Anak juga lebih tau dengan variasi tari-tarian yang dipadupadan kan satu
dengan yang lainnya, dalam hal tari kreasi ini biasanya sudah diajarkan pada
anak usia 5-6 tahun atau kelas B yang anak-anaknya sudah mulai sempurna dalam
hal motorik dan pengetahuannya.
Harapan dari penelitian ini adalah
jika kegiatan tari kreasi dilaksanakan pada anak kelompok B di RA Rhaudhotul
Huda Sumber bahagia kecamatan seputih banyak lampung tengah diharapkan
gerakannya dilakukan dengan benar meskipun anak usia 5-6 dunianya masih
bermain, jika gerakan tarian sudah mulai benar dan kompak maka perkembangan
motorik kasar pada anak usia dini akan terus meningkat dan berkembang.
Berangkat
dari hal tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
yang berkenaan dengan kegiatan tari kreasi
Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di RA Rhaudhotul Huda yang beralamatkan di desa Sumber Bahagia
kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah tahun ajaran 2018.
B.
Identifikasi Masalah
Dari
beberapa uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan dalam pembelajaran Kelompok B di
RA Rhaudhotul Huda yang beralamatkan di desa Sumber Bahagia kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah tahun ajaran 2018 yaitu sebagai berikut:
1.
Kurangnya
kegiatan disekolah dalam mengembangkan motorik kasar pada anak.
2.
Kurangnya
pengetahuan Guru untuk meningkatkan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun.
3.
Kurangnya minat
anak dalam hal menari kreasi
4.
Guru kurang
menyediakan fasilitas pembelajaran untuk menari yang berupa alat-alat tari.
C.
Batasan Masalah
Melihat permasalahan dalam mengembangkan motorik kasar pada anak
cukup luas, maka pentingnya diberikan batasan masalah agar proposal ini mudah
dipahami dalam meneliti kecerdasan motorik melalui tari kreasi. Maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu pada:
“Kegiatan
Tari Kreasi, Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih Banyak
Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018/2019.”
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang masalah ini identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak
Usia Dini Melalui Tari Kreasi Di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih
Banyak Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018/2019?”.
E.
Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan Tujuan penelitian
yaitu untuk “Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini Melalui
Gerakan Tari Kreasi Di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih Banyak
Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018/2019”.
F.
Manfaat
Penelitian ini sangat penting bagi pendidik, anak usia dini, dan
lembaga. Adapun Manfaat nya sebagai berikut:
1.
Secara Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan motorik kasar anak terutama
pada gerak mengayun badan, tangan, kaki, berjinjit, melompat, dan khususnya
pembelajaran tari kreasi anak. Menambah pengetahuan tentang tari yang busa
digunakan untuk keterampilan motorik kasar terutama gerak dasar anak RA
Rhaudhotul Huda.
2.
Secara Praktis
Setelah
diadakan penelitian di Ra Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan seputih
banyak Lampung Tengah diharapkan secara praktis dapat bermanfaat untuk:
a.
Guru:
Memberikan inovasi baru agar guru mengolah pembelajaran dengan menggunakan
metode pengajaran yang mampu meningkatkan kelima aspek perkembangan anak.
b.
Untuk Anak: Membantu
untuk menyiapkan anak untuk kreatif, inovatif, memiliki kepekaan yang tinggi
yang sesuai dengan tujuan pendidikan, diajarkannya tari untuk anak adalah untuk
membimbing anak dalam berbagai variasi kegiatan fisik dan hubungan
bagian-bagian tubuh mereka, mendorong timbulnya kebanggaan dalam usaha
mengembangkan keterampilan gerak, mengembangkan imajinasi dalam hubungannya
dengan teman, serta dapat merasakan dan memberikan reaksi.
c.
Sekolah : hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif kepada
penyelenggara lembaga pendidikan.
d.
Peneliti :
Memebrikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam melakukan penelitian
pendidikan, khususnya tentang penggunaan gerakan tari kreasi terhadap
peningkatan perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di RA Rhaudhotul
Huda.
G.
Penelitian Relevan
Penelitian
ini tentang meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui Tari
Kreasi di RA Rhaudhotul Huda Ajaran 2018/2019, berdasarkan penelitian ditemukan beberapa
tulisan atau judul yang sama terkait dengan penelitian yang saya gunakan ini:
1.
Penelitian ini di teliti oleh Enno Wardani
Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Medan
pada tahun 2017 “Upaya Meningkatkan
Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Tari Kreasi Di Tk Negeri
Pembina Atu Lintang Kec.Atu Lintang Kab.Aceh Tengah Ta 2016/2017”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik kasar pada anak
sebelum melakukan tari kreasi, kemampuan motorik kasar anak pada saat
melaksanakan tari kreasi, dan kemampuan motorik kasar anak setelah melakukan
tari kreasi. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), kesimpulan dari penelitian ini bahwa perkembangan motorik kasar anak
sebelum tidakan berada pada kreateria berkembang sesuai berjumlah 1 anak,
perkembangan motorik kasar pada saat melakukan tari kreasi pada siklus I anak
dengan kriteria berkembang sangat baik berjumlah 6 anak, selanjutnya pada
siklus II anak dengan kriteria berkembang sangat baik berjumlah 13 anak. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil perkembangan motorik kasar pada siklus II telah
mencapai keberhasilan yaitu sebesar 13 orang anak pada kriteria berkembang
sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan tari kreasi dapat meningkatkan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di
TK Negeri Pembina Atu Lintang[6].
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Pada penelitian Enno Wardani meski sama-sama
menggunakan kegiatan tari yang sama dalam proses pembelajaran yakni menggunakan
kegiatan tari kreasi guna meningkatkan kemampuan motorik kasarnya yang hanya
memfokuskan pada gerakan kaki, penelitian ini juga menggunakan teknik sklus I
dan sklus II. Sedangkan yang akan peneliti lakukan di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih
Banyak melalui Tari kreasi yaitu lebih meningkatkan kemampuan motorik kasarnya
dalam gerakan semua anggota badannya dan gerakan dasar pada tari kreasi.
2.
Penelitian ini diteliti oleh Denok Dwi
Anggraini Pendidikan Guru Anak Usia Dini Universitas Trunojoyo Madura pada
tahun 2016, “Peningktan Keterampilan Motorik kasar Melalui Kegiatan Tari
Binatang Pada Anak Kelompok B” Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan motorik kasar melalui kegiatan menari binatang pada kelompok B.
Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam keterampilan
motorik kasar pada anak kelompok B. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Dengan menggunakan prosedur penelitian model
Kemmis & Mc Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok
B di TK PGRI 1 Langkap yang berjumlah 15 anak. Objek penelitian adalah
keterampilan motorik kasar yang dari indikator kekuatan, koordinasi dan kelincahan
anak. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi dan
wawancara. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Kegiatan menari
binatang dilakukan secara bertahap dengan mengajarkan gerakan tarian tahap demi
tahap dari satu gerakan ke gerakan berikutnya sehingga terjadi peningkatan
keterampilan motorik kasar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukan
melalui kegiatan menari binatang dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar
anak[7].
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Pada penelitian Denok Dwi Anggraini meski sama-sama
menggunakan teknik tari tetapi penelitianya memfokuskan pada kemampuan motorik
kasar dalam hal kegiatan tari binatang yaitu elang yang meliputi kekuatan otot
tangan dan kaki serta anak juga berfikir menirukan gerakan yang dilakukan elang.
Sedangkan yang akan peneliti lakukan di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih
Banyak peneliti lebih memfokuskan pada meningkatkan kemampuan motorik kasar
dalam kegiatan tari kreasi yang melibatkan gerakan semua anggota tubuh.
3.
Penelitian ini diteliti oleh Ni Made Sulastri
Ilmu Pendidikan IKIP Mataram pada Tahun 2017 “Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui
kegiatan tari kreasi serta mengetahui proses peningkatan kemampuan motorik
kasar melalui kegiatan tari kreasi di TK Mutiara Hati Kota Mataram tahun 2015.
Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart dengan 15 orang
anak kelompok B sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus yang terdiri dari enam belas kali pertemuan. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif[8].
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Pada peneliti Ni Made Sulastri meski sama-sama
menggunakan kegiatan tari yang sama dalam proses pembelajaran yakni menggunakan
kegiatan tari kreasi guna meningkatkan kemampuan motorik kasar yang meliputi:
melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan menekuk kaki, dan
penelitian Ni Made Sulastri dimana guru kadang menyontohkan gerakan binatang.
Sedangkan yang akan peneliti lakukan di Ra Rhoudhotul Huda Sumber bahagia
kecamatan seputih banyak melalui kegiatan tari kreasi yaitu tari kreasinya yang
memfokuskan pada kelenturan gerak seluruh anggota tubuh yang meningkatkan
motorik kasar pada anak usia dini.
4.
Penelitian ini diteliti oleh Susi Setiana
Susanti Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2017 “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Tari Topi Saya Pada Kelompok B
Tk Aba Brosot I Kulon Progo” bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
motorik kasar anak melalui tari topi saya di kelompok B TK ABA Brosot I Kulon
Progo. Keterampilan motorik kasar yang diteliti meliputi kelenturan,
kelincahan dan keseimbangan model penelitian yang digunakan penelitian tindakan
kelas (ptk) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri
dari tiga pertemuan. Subjek dalam penelitian ini semua anak kelompok B1 TK ABA
Brosot I Kulon Progo. Jumlah anak sebanyak 15 anak, yaitu 6 anak laki-laki dan
9 anak perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
deskriptif kuantitatif[9].
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Pada peneliti Susi Setiana Susanti meski
sama-sama meningkatkan kemampuan motorik kasar tetapi penelitiannya memfokuskan
pada tari topi dimana gerakan yang
dilakukan lebih aktif dan lincah dalam menggerakan topi yang ia pegang atau
pakai. Sedangkan yang akan peneliti lakukan di RA Rhaoudhotul Huda Sumber
Bahagia Kecamatan Seputih Banyak peneliti lebih memfokuskan pada kelenturan
gerak seluruh anggota tubuh yang meningkatkan motorik kasar pada anak usia
dini.
5.
Penelitian ini diteliti oleh Kurnia Munawaroh
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 “Peningkatkan
Keterampilan Motorik Kasar Melalui kegiatan Menari Animal Dance Pada
Anak Kelompok A Di Tk Aba Kutu Asem Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar melalui kegiatan menari animal
dance pada kelompok A TK ABA Kutu Asem Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan karena terdapat permasalahan dalam keterampilan motorik kasar pada
anak kelompok A TK ABA Kutu Asem Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (ptk) kolaboratif. Dengan menggunakan prosedur
penelitian model Kemmis & Mc Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah
anak-anak kelompok A TK ABA Kutu Asem yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari
8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Objek penelitian adalah keterampilan
motorik kasar yang terdiri dari kekuatan, koordinasi dan kelincahan anak.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi dan wawancara.
Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.Kegiatan menari animal dance
dilakukan secara bertahap dengan mengajarkan gerakan tarian tahap demi
tahap dari satu gerakan ke gerakan berikutnya sehingga terjadi peningkatan
keterampilan motorik kasar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukan
melalui kegiatan menari animal dance dapat meningkatkan keterampilan
motorik kasar anak[10].
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Pada peneliti Kurnia Munawaroh meski sama-sama
meningkatkan kemampuan motorik kasar tetapi penelitiannya memfokuskan pada
kegiatan menari Animal Dance yang mengenalkan tari kangguru, tari gajah, tari
bebek, tari ular, tari monyet dan tari
elang dimana peneliti menggunakan tiga unsur kesegaran jasmani untuk mengukur
peningkatan keterampilan motorik kasar anak, yaitu kekuatan, koordinasi dan
kelincahan. Sedangkan yang akan peneliti lakukan di RA Rhoudhotul Huda Sumber
Bahagia Kecamatan Seputih Banyak peneliti lebih memfokuskan pada gerakan
seluruh anggota tubuh yang mengembangkan motorik kasarnya dan gerakan tersebut
hanya dari inisitif dari pendidik itu sendiri, bukan dari melihat gerakan binatang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Motorik
1.
Pengertian
Motorik
Perkembangan
fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik,
baik kasar maupun halus. Sekitar usia tiga tahun, anak sudah dapat berjalan
dengan baik dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan
orang dewasa. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu, motorik kasar dan
halus[11].
Hurlock menambahkan bahwa secara langsung,
perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak
langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan memepengaruhi bagaimana anak
mamandang dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan fisik meliputi
perkebangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan
motorik halus. Berk menyatakan bahwa anak usia lima tahun memiliki banyak
tenaga seperti anak usia empat tahun, tetapi keterampilan gerak motorik halus
maupun kasar sudah mulai terarah dan terfokus pada tindakan mereka.
Keterampilan gerak motorik menjadi lebih diperhalus dan keterampilan gerak
motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi. Pada usia kanak-kanak 4-6 tahun,
keterampilan dalam menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi.
Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah kemampuan memasukan sendok
kedalam mulut, menyisir rambut, mengikat tali sepatu sendiri, mengkancingkan
baju, melempar dan menangkap bola, menggunting, menggores pensil dan krayon,
melipat kertas, membentuk denga lilin, serta mengecat gaambar dengan alat
tertentu[12].
Dalam penjelasan perkembangan fisik motorik diatas
dapat diketahui bahwa pada anak usia 5-6 tahun (kelompok b) otot kasar dan otot
halus sudah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan
dan umunya mereka sangat aktif. Anak sudah melakukan gerakan yang terkordinasi.
Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembangan
dengan baik. Anak sudah dapat
menggunakan tangannya untuk menggoreskan pensil atau krayon seehingga dapat
membuat gambar yang diinginkannya. Gambar karya anak tersebut akan digunakan
dalam rangka peningkatan kemampuan bicara anak. Perkembangan fisik bagi
anak-anak melibatkan dua wilayah koordinasi motorik yang dikendalikan otot-otot
kecil atau halus. Perkembangan fisik seorang tergantung pada kondisi
lingkungannya. perkembangan Motorik ini perubahan
tingkah laku motorik yang terjadi secar terus menerus sepanjang siklus
kehidupan manusia.
2.
Pengertian
Motorik Kasar
Menurut
Santrock motoric kasar merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar,
seperti menggerakan lengan dan berjalan[13].
Disini dapat dijelaskan bahwa sannya motorik kasar
hanya menggunakan otot-otot yang besar yang digunakan untuk aktivitas
sehari-hari, motorik kasar ini lebih sering digunakan untuk menggerakan anggota
badan seperti tangan untuk mengglindingkan bola, kaki untuk berjalan, berlari
dan untuk aktivitas lainnya yang cenderung banyak melibatkan otot besar saja.
Menurut Yamin dan Sanan menyatakan
motoric kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya[14]. Menurut
Sujino gerakan motoric kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan
keseimbangan hampir seperti orang dewasa, gerakan motoric kasar memiliki
kemampuan yang membutuhkan sebagian besar bagian tubuh anak dan memerlukan
tenaga sehingga anak dapat meloncat dan berlari.[15]
Motorik kasar
anak akan berkembang sesuai dengan usianya. Orang dewasa tak perlu melakukan
bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah berada diusianya,
maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan tersebut. Sebagai contoh,
seorang anak usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak
perlu memaksakan dia duduk disebuah kursi dan contoh lain ketika anak usia 8
bulan belum bisa berjalan sendiri maka orang dewas tidak perlu memaksakan dia
untuk berjalan, karena anak akan sendirinya melalui tahap-tahapan yang sesuai
perkembangan, dimana memang anak itu perkembangan motoriknya tidak ada masalah
dari lahirnya.
Perkembangan
motorik merupakan salah satu aspek pertumbuhan anak-anak yang begitu jelas dan
terlihat, kadang-kadang kita menerimanya begitu saja. Tentu saja anak-anak
memang akan tumbuh besar, kuat, dan mampu melakukan tugas-tugas motorik yang
lebih rumit saat usia mereka bertambah. Tentu saja mereka akan belajar berlari
dan melompat sendiri[16].
Jadi
dari berbagai teori diatas peneliti
menyimpulkan Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang
terkoordinasi dengan otak seperti berjalan, berlari, melompat, memukul dan
menarik. Metorik kasar akan berkembangan mengikuti bertambahanya usia pada
anak, semakin bertambahnya umur anak perkembangan motoriknya akan semakin
meningkat. Perkembangan motorik kasar ini melibatkan kekuatan otot-otot besar
pada saat kegiatan sehari-hari. Melatih gerakan motorik kasar anak dapat
dilakukan dengan melatih berdiri diatas satu kaki. Anak kurang terampil berdiri
diatas satu kakinya berarti penguasaan kemampuan lain, seperti berlari akan
terpengaruh karena anak tersebut masih belum dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya.
Perkembangan motorik kasar berkembang lebih dulu dari pada motorik halus. Hal
ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk
berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggunting
ataupun meronce. Mengembangkan kemampuan motorik sangat diperlukan anak agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Perkembangan fisik bagi
anak-anak melibatkan dua wilayah koordinasi motorik yang dikendalikan otot-otot
kecil atau halus. Perkembangan fisik seorang tergantung pada kondisi
lingkungannya.
3. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik kasar
Tujuan
motoric kasar pada tk bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar,
meningkatkan kemampuan mengelola, mengkontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta
meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Sesuai dengan tujuan
pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih gerakan-gerakan dasar yang
akan membantu perkembangan motoriknya kelak.
Adapun
fungsi perkembangan motoric kasar yaitu sebagai berikut:
a.
Melatih
kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan.
b.
Memacu
pertumbuhan dan pengembangan fisik/motoric, rohani dan kesehatan anak.
c.
Membentuk,
membangun, dan memperkuat tubuh anak.
d.
Melatih
keterampilan/ketangkasan gerak dan cara berfikir anak.
e.
Menigkatkan
perkembangan sosial anak.
f.
Menumbuhkan
perasaan menyenangi dan memahami manfaat kesehatan pribadi[17].
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Motorik
Ada 6 (enam) persyaratan atau faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan
usia
Usia
mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas dengan pertambahan
usia, berarti menunjukan tercapainya kematangan organ-organ fisik.
b. Tercapainya
kematangan organ-organ Fisiologi
Kematangan
organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang makin kompleks, kuat
dan bekerja secara teratur. Pada masa pertumbuhan bayi maupun anak, kematangan
fisiologi ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi dan kesehatan individu.
c. Kontrol
kepala
pada
usia 1-5 bulan, bayi sering tertidur dengan posisi kepala terbaring diatas
tempat tidur. Ia belum mampu tengkurap, karena kontrol untuk mengangkat kepala
belum dapat dilakukan dengan baik. Sejalan dengan perkembangan usianya, bayi
akan mampu untuk tengkurap dan menopang kepalanya.
d. Kontrol
tangan
Sejak
lahir tangan bayi akan menggenggam benda-benda yang datang dan menyentuh
telapak tangannya. Awal mulanya bayi tak mampu untuk memegang dan menggenggam
suatu benda dengan baik tetapi dengan pengaruh perekembangan usia dan
kematangan otot-otot maka bayi akan mampu dengan sendirinya untuk melakukan
menggenggam suatu benda secara kuat.
e. Kontrol
kaki
Kemampuan
mengkontrol kaki(legs control) diatur oleh sistem syaraf pusat. Namun pada diri
sang bayi, kaki bergerak karena ada suatu benda yang mungkin menyentuh atau
digerakan oleh ibunya.
f. Lokomosi
Lokomosi(locomotion)
ialah kemampuan untuk bergerak dan berpindah dari satu tempat ketempat yang
lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan pertumbuhan usia dan tercapainya
kematangan organ-organ fisik, serta berfungsinya sistem syarat pusat[18].
5.
Karakteristik Motorik Kasar Anak
Berikut
ini terdapat beberapa karakteristik motorik kasar anak, yaitu[19] :
a.
Gerakan
ini melibatkan seluruh tubuh terutama otot-otot besar dan memerlukan energi
yang begitu banyak. Mereka selalu ingin bergerak, misalnya berjalan,
berlari-lari, loncat, melompat, melempar, menangkap, dan lain sebagainya.
b.
Keinginan
untuk menjadi diri sendiri semakin berkembang.
c.
Anak
yang suka bermain dengan teman sebayanya.
d.
Kebiasaan
yang baik pada anak sudah mulai teratur.
6.
Tahap
Perkembangan Motorik Kasar
Berikut ini
tahapan-tahapan perkembangan motorik kasar anak berdasarkan usianya[20]
:
No.
|
Usia
|
Tahap Perkembangan
|
1.
|
1 bulan
|
Menolehkan kepala ke satu sisi dalam kondisi
tengkurap dan menegakkan kepala ketika didudukkan sekitar 2 detik.
|
2.
|
2 bulan
|
Mengangkat kepala selama 20 detik dalam posisi 45
derajat.
|
3.
|
3 bulan
|
Refleks menggenggam benda yang ada ditangan,
berguling-guling.
|
4.
|
4 bulan
|
Mengangkat kepala dan dada pada posisi tengkurap.
|
5.
|
5 bulan
|
Duduk dengan bantuan sekitar 20-30 detik.
|
6.
|
6 bulan
|
Tengkurap dari posisi terlentang.
|
7.
|
7 bulan
|
Duduk dari posisi terlentang dengan bantuan.
|
8.
|
8 bulan
|
Berdiri dari posisi duduk dengan pegangan.
|
9.
|
9 bulan
|
Menarik tubuh ke posisi berdiri.
|
10.
|
10 bulan
|
Duduk sekitar 3-5 menit dengan bantuan.
|
11.
|
1-2 tahun
|
Berdiri dengan beberapa langkah, merangkak
ditangga, menarik dan mendorong benda berat.
|
12.
|
2-3 tahun
|
Melompat kedepan dan kebelakang dengan dua kaki,
berjalan sambil berjinjit, melempar dan menangkap bola, naik turun tangga.
|
13.
|
3-4 tahun
|
Menaiki sepeda roda 3, berjalan diatas papan
titian yang cukup lebar, meniru gerakan sederhana (gerakan pohon, kelinci
melompat), berlari sambil membawa benda ringan.
|
14.
|
4-5 tahun
|
Menuruni tangga dengan cepat, membawa gelas berisi
air tanpa tumpah, melakukan gerakan melompat dan berlari secara teratur,
memanfaatkan alat permainan yang ada diluar kelas.
|
15.
|
5-6 tahun
|
Berjalan mundur pada garis, melakukan permainan fisik
dengan aturan, berlari, menendang bola, menirukan
tarian atau senam, dan terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
|
Menurut Desmita tahapan Perkembangan motoric kasar
yaitu sebagai berikut[21]:
a.
0-2
tahun, perkembangan fisik motoric kasarnya anak mengangkat dagu dan dada sambil
tengkurap, duduk dengan bantuan, duduk tanpa bantuan, berdiri dengan bantuan,
berdiri dengan berpegangan pada perabot, merangkak, mampu berjalan dengan
dibimbing, berusaha berdiri sendiri dan berjalan.
b.
2-7
tahun, perkembangan fisik motoric kasarnya anak naik turun tangga dengan
menggunakan satu kaki peranak tangga, berdiri diatas satu kaki selama enam
detik pada usia 4 tahun, melompat diatas benda setinggi 15cm, mengangkat
kakinya secara tinggi-tinggi dan bergantian kiri dan kanan, berjalan pada garis
lurus didepan atau kebelakang, berjalan diatas papan keseimbangan, melompat
ditempat dengan satu kaki, melompat kedepan 10 kaki tanpa jatuh, mampu berhenti
secara efektif atau terkontrol.
c.
Usia
7-11 tahun, perkembangan motoric kasarnya anak sudah mualai menyukai sepatu
roda dan berenang, kemampuan berlari dan melompat meningkat secara progresif.
7.
Prinsip Perkembangan Motorik Kasar
Menurut
Malina & Bouchard, terdapat beberapa prinsip utama perkembangan motorik
kasar, yaitu[22]
:
a.
Kematangan
Syaraf
Kemampuan
anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang
mengatur gerakan tersebut. Saat anak baru lahir, syaraf-syaraf anak belum
sempurna. Namun pada usia sekitaran 5 tahun, syaraf-syaraf telah mencapai
kematangan dan dapat menstimulasi kegiatan motorik.
b.
Urutan
1)
Urutan
pertama, biasa disebut pembedaan perkembangan dari yang belum terarah menjadi
terarah sesuai dengan fungsi gerakan motorik.
2)
Urutan
kedua, yaitu keterpaduan. Seperti, berlari dan berhenti, maju dan mundur.
c.
Motivasi
Motivasi
muncul secara alami, dan untuk itu motivasi membuat anak melakukan aktivitas
sesuai keinginannya untuk mencapai tujuannnya. Namun motivasi ini perlu adanya
dukungan dari luar juga, misalnya dengan memberi kesempatan pada anak untuk
melakukan berbagai kegiatan gerak motorik serta
menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak untuk
meningkatkan keinginan anak dalam kegiatan gerak motorik kasarnya.
d.
Pengalaman
Pemberian
pengalaman pada anak membuat suasana hati anak senang, karena anak diberikan
kesempatan melakukan kegiatan motorik tanpa ada batasan.
e.
Praktik
Beberapa
perkembangan motorik anak yang termasuk dalam kebutuhan anak perlu dipraktikan
dengan bimbimngan pendidik, misalnya : kegiatan yang berbentuk drama dan
tarian.
B. Gerak Dasar
Pengembangan
kemampuan gerak di mulai dari kemampuan gerak dasar, Kemampuan gerak dasar
sendiri merupakan kemampuan yang biasa seseorang anak lakukan guna meningkatkan
kualitas hidupnya. Pekembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan
pertumbuhan fisik, pada masa awal dan pembentukan pola gerak dasar. Gerak dasar
tersebut meliputi berjalan, berlari, melompat dan meloncat.[23]
Dari uraian di atas
peneliti menjelaskan perkembanagn gerak dasar merupakan hal penting dimasa
kanak-kanak, semua anak normal mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai
macam gerak. Setiap anak, menggunakan sebagian besar tubuhnya dalam bergerak
seperti berlari, berjalan dan melempar, berjingkat. Anak juga melakukan gerakan
tubuh yang bersifat keterampilan terbatas, seperti menggunting, menempel, dan
menodorong. Masa perkembangan gerak anak usia dini terjadi karena peningkatan
dan penguasaan gerak, hal ini dijelasan oleh Samsudin (2018:19) yang
menyatakan:
“Perkembangan gerak berupa peningkatan
kualitas penguasaan pola gerak yang telah bisa dilakukan pada masa bayi, serta
peningkatan variasi berbagai macam pola-pola gerakan dasar. Kemampuan berjalan
dan memegang akan semakin baik dan bisa dilakukan dengan berabagi macam variasi
gerakan, beberapa macam gerak dasar dan variansinya yang makin dikuasai atau
bisa dilakukan yaitu berjalan, mendaki, meloncat, berjingkat, melempar dan
menangkap”.
Menurut Kamtini gerak dasar merupakan dasar untuk macam-macam
keterampilan dan merupakan gerak alami yang dilihat, didengar, dan dirasakan
secara sadar dan akan menunjukkan keterampilan bertahap.[24]
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perkembangan gerak dasar
merupakan hal penting dimasa kanak-kanak. Semua anak yang normal mampu
mengembangkan dan mempelajari berbagai macam gerak. Setiap anak, menggunakan
sebagian besar tubuhnya dalam bergerak seperti berlari, berjalan, melempar
berjingkat dan gerakan alaminya seperti anak mendengarkan music timbul
gerakan-gerakan yang sesuai denegan irama music yang didengarnya. Masa anak
usia dini perkembangan gerak anak terjadi adalah berupa mulai bisa dilakukannya
berbagai macam pola-pola gerak dasar, yang didukung oleh perkembangan
koordinasi mata tangan, dan kaki. Anak memiliki minat yang besar untuk selalu
melakukan aktivitas gerak fisik, sehingga tampak selalu aktif bergerak.
Gerak dasar dapat dikatakan gerak alami yang dilakukan secara terus menerus
melalui pengulangan menjadi kebiasaan. Perkembangan gerak dasar itu
keterampilan yang penting di dalam kehidupan sehari-hari yang harus dimiliki
oleh anak, karena merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Gerak
Tari
1. Pengertian Tari
Seni tari merupakan sala satu warisan kebudayaan
Indonesia, yang harus dikembangkan dan dilestarikan selaras dengan masyarakat
yang selalu mengalami perubahan. Kuswarsantyo mengemukakan pendapatnya mengenai
arti seni tari, yakni tari adalah salah satu cabang sani yang dalam ungkapannya
menggunakan bahasa gerak tubuh[25].
Tari menurut Sedyawati seorang arkeolog yang menaruh
minat besar pada seni tari memahami seni tari sebagai berikut: Pertama, Pengertian tari bersifat terbatas adalah susunan gerak beraturan dengan sengaja dirancang untuk mencapai
suatu kesan tertentu.
Kedua, Pengertian tari bersifat umum adalah bentuk upaya
untuk mewujudkan keindahan susunan gerak dan irama yang dibentuk dalam
satuan-satuan komposisi.[26]
Jadi dari
penjelasan di atas dapat disimpulakan tari pada anak memiliki sifat
kegembiraan, kesenangan, dan geraknya dilakukan sesederhana mungkin, selain itu
juga harus gerakan yang tidak sulit, iringan yang biasanya dipakai ditarian
anak usia dini biasanya menyenangkan dan menggambarkan kesenangan dan
kegembiraan. Kegiatan menari diperlukan gerakan-gerakan tubuh yang cekatan,
lentur, tidak canggung-canggung, yakni apa yang dilakukan sehingga anak bisa
menari tanpa merasa takut-takut, anak usia dini belum dapat dituntut untuk
melakukan gerakan-gerakan menari dengan sempurna. Terutama yang penting
anak-anak menyukainya, nantinya dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan
bakatnya.
2.
Jenis
Tari
Menurut Sri Setyowati tari dapat digolongkan menjadi
2 macam yaitu tari tradisional dan tari kreasi, berikut ini penjelasannya[27]:
a. Tari
Tradisional
Tari tradisional disini bertujuan untuk menunjukan
sekelompok khazanah tari yang sudah cukup lama berkembang sebagai sebagai
warisan leluhur kita. Pada umumnya tari tradisional memiliki prinsip-prinsip
aturan yang sesuai dengan wilayah atau kedaerahannya (aturan yang sudah menjadi
tradisi)
b. Tari
Kreasi
Adapu yang disebut tari kreasi adalah sekelompok
khazanah tari di indonesia yang pada umumnya sudah melepaskan diri dari
aturan-aturan tari yang sudah membaku tersebut, dengan kata lain tari kreasi
merupakan wujud garapan tari yang hidupnya relatif masih muda, lahir setelah
tradisi berkembang cukup lama, serta tampak dalam wujud garapan tarinya itu
telah ditandai adanya pembaharuan-pembaharuan.
3. Pengertian Tari Kreasi
Hidayah menyatakan bahwa tari kreasi disebut juga
dengan tari modern. Tari modern adalah tari yang lepas kaidah-kaidah atau
tradisional. Artinya sebuah gerakan (tari) yang ingin membangun sebuah
pernyataan baru dan memiliki kebebasan penh dalam berekspresi. Disamping itu
ada pula yang sifatnya tidak terikat pada factor yang sudah ada dan dengan
sering juga dipaki sebagai eksprimen. Kerena itu dapat bersifat kontremporer[28].
Menurut Endang
Caturwati Tari kreasi adalah salah satu rumpun tari yang mengalami pembaharuan,
dapat pula dikatakan bahwa tari kreasi adalah inovasi dari seorang koreografer
atau pencipta tari untuk menciptakan suatu tarian baru, jenis tarian seperti
ini dapat diolah dan dikembangkan dari pengamatan, pengalaman, dan latihan.
Tari kreasi untuk anak usia dini adalah bentuk tarian kreatif yang diciptakan
seorang guru dengan gerak yang sederhana dan dapat diikuti oleh anak dan tema
dalam tarian kreasi untuk anak usia dini ini pun diambil dari permainan, alam
dan binatang. Anak usia
dini telah memiliki sifat akan sesuatu yang sangat bagus, indah, baik dalam
hubungannya dengan tari, pengertian indah yang dimaksud adalah gerak tari bukan
saja gerak-gerak yang halus atau baik saja, tetapi termasuk juga gerak-gerak
yang kuat, keras, lemah, patah-patah.[29]
Dari penjelasan dari
pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa tari kreasi untuk anak usia
dini adalah tari yang diciptakan seorang guru untuk anak yang gerakannya
sederhana yang sesuai dengan iram musik dan merupakan ungkapan ekspresi jiwa
yang dituangkan melalui bentuk gerak sederhana yang sesuai dengan perkembangan
kemampuan anak.
4.
Manfaat
Tari Kreasi Untuk Anak Usia Dini
Manfaat yang penting
dari pembelajaran seni tari kreasi untuk anak usia dini disamping bertujuan
untuk menunjung pendidikan secara umum diharapkan dapat merangsang kepekaan
pula pengalaman estetisnya dan kreatif dalam mengekpresikan pengalamnya dalam
bentuk tari. Tari menjadi madia untuk mendidik anak, menekankan pada proses
pertumbuhan kreativitas dan sensivitas dimana dalam instruksionalnya sangat
memperhatikan perkembangan kemampuan anak yang mencakup kognitif, efeksi dan
psikomotor sesuai dengan tingkat perkembangan anak[30].
5.
Hubungan
Kemampuan Motorik Kasar dengan Gerak Tari Kreasi Anak Usia Dini.
Menurut Murgiyanto tari sangat
berpengaruh dalam perkembangan gerak anak. Bahwa hubungan gerak tari dan
motoric kasar anak sangat berkaitan, karena gerak anak menimbulkan
gerakan-gerakan yang bermakna untuk anak, oleh karena itu apabila anak bisa
bergerak apa saja akan menciptakan motoric anak jadi semakin kreatif dan
berkembang.[31]
Kegiatan menari diperlukan gerakan-gerakan tubuh yang cekatan, lentur,
tidak canggung-canggung, yakni apa yang dilakukan sehingga anak bisa menari
tanpa merasa takut-takut, anak usia dini belum dapat dituntut untuk melakukan
gerakan-gerakan menari dengan sempurna. Terutama yang penting
anak-anak menyukainya, yang nantinya dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan
bakatnya. Gerakan tari yang digunakan untuk anak pada penelitian ini tidak terrikat
oleh gerak tarian yang sudah jadi, dan tidak perlu terburu-buru mengharapkan
anak segera pandai menari.
D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kajian teori diatas, maka hipotesis dalam tindakan ini adalah “Meningkatnya
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Melalui Tari Kreasi Di RA Rhadhotul Huda Sumber Bahagia Kecamatan Seputih
Banyak Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018/2019”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Definisi
Operasional Variabel
Zuhairi berpendapat bahwa Definisi
Operasional adalah definisi yang dilandaskan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati. Secara tak langsung definisi operasional itu
akan merujuk pada alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu pada
bagaimana mengukur suatu variabel.
Sedangkan, variabel menurut Yatim Riyanto
adalah gejala yang muncul dan dijadikan sebagai objek penelitian.[32]
Menurut
Sugiyono 2014 definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang
akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi
operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan
mengoperasionalkan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain
untuk melalukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
cara pengukuran kontrak yang lebih baik. Dengan demikian variabel yang ada
dalam
penelitian ini akan didefinisikan secara oprasional dan yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel
Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang
tidak dapat di pengaruhi oleh variabel lainnya dan ditandai dengan huruf X
untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi. Variabel bebas yang dimaksud
yaitu variabel keputusan harga.
Penjelasan
diatas bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Tari Kreasi”.
Penggunaan kegiatan tari kreasi ini diawali dengan:
a. Guru
menjelaskan Tari an apa yang akan diajarkan.
b. Guru
mencontohkan gerakan tariannya.
c. Guru
mengenalkan nyanyian yang akan ada di tarian kreasi.
d. Anak
mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru.
2. Variabel
Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh
variabel lainnya atau dapat diartikan variabel tersebut memiliki ketergantungan
dari variabel lainnya dan ditandai dengan haruf (Y) untuk memudahkan peneliti
dalam mengidentifikasi. Varibel terikat yang dimaksud yaitu variabel harga yang dapat diterima.
Disini variabel
terikatnya adalah Kemampuan motorik kasar anak Kelompok B di RA Rhaudhotul Huda
desa Sumber Bahagia Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah ajaran 2018. Dalam
penelitian ini anak sedikit sudah mampu menggerakan anggota badannya sesuai
dengan gerakan tarian, anak juga sudah mampu mengkoodinasikan mata, tangan, dan
kaki dengan baik serta anak melakukan tarian. Anak juga mulai lincah dalam
gerakan tarian.
B.
Setting
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Lokasi penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di RA Rhaudhotul Huda Desa Sumber bahagia
Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah. Sebagai subjek penelitian ini yaitu
Kelompok B tahun pelajaran 2018/2019.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakn pada 26-31 Maret 2018
3. Karakteristik
Penelitian
Menurut Nurboko dan Abu Ahmad, Penilitian Tindakan kelas adalah
untuk menguji cobakan ide-ide baru dalam praktik pendidikan dalam rangka
memperbaiki proses pembelajaran didalam kelas, penelitian tindakan ini
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau cara pendekatan baru atau
memecahkan masalah dalam kerja secara.[33]
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan suatu
tindakan atau proses bermain sambil belajar anak dengan menggunakan Tari Kreasi
guna untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di RA Rhaudhotul Huda
Sumber bahagia kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun 2018.
C.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelompok B RA Rhaudhotul
Huda desa Sumber Bahagia Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah dalam Tari
Kreasi semester 2 (genap) tahun ajaran 2018. Yang berjumlah 8 siswi.
D.
Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Dengan menggunakan model yang digunakan
oleh Kunandar. “Secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui,
yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refeleksi”.[34]
Keemapat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Perencanaan
|
Siklus Penelitian Tindakan
Kelas Menurut Kunandar
Tindakan
|
SIKLUS I
|
Refleksi
|
pengamatan
|
Perencanaan
|
Refleksi
|
Tindakan
|
SIKLUS II
|
Pengamatan
|
?
|
Secara
lebih rinci, tahap Pelaksaan Tindakan Kelas (PTK) akan dijelaskan dibawah ini :
1. Tahap
pelaksaan penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam dua kelas yang setiap siklusnya akan dilakukan dua
kali pertemuan dan setiap pertemuan 120 menit. Adapun tahapan-tahapan dalam
perencanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagi berikut :
a. Pelaksaan
siklus I
1.) Tahap
perencanaan
Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah
merencanakan semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Di mana, perencanaan pembuatan mencakup semua langkah tindakan yaitu sebagai
berikut:
a) Penyusunan
RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian), penyusunan RPPH tetap menggunakan
seperti yang sudah ada di sekolah RA Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia Kec.Seputih
Banyak Lampung Tengah agar tidak mengganggu kegiatan pembelajaran lainnya. Jadi
kegiatan tari kreasi diadakan diawal pembelajaran inti, dimana anak-anak masih
bersemangat. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian(RKH)
dengan tema yang akan diajarkan,
b) Menyediakan media dan alat peraga untuk
pembelajaran.
c) Menentukan
metode atau teknik mengajar.
d) Mengalokasikan
waktu, serta menyediakan instrument observasi.
2.) Tahap
Tindakan
Pada tahap ini peneliti
bertidak sebagai guru berkolaborasi melaksanakan pembelajaran yang melalui Tari
Kreasi untuk meningatkan kemampuan motorik kasar anak di RA Rahudhotul Huda
Desa Sumber Bahagia kec. Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun Ajaran 2018. Setelah
melakukan perencanaan yang matang maka peneliti Melakukan tahap selanjutnya
yaitu tindakan. Di mana, tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari
perencanaan yang dibuat kemudian semua perencanaaan itu dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPPH
yang telah dibuat. Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan kegiatan
motorik kasar diawal pembelajaran yaitu tari kreasi. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari:
Kegiatan
Awal :
-
Guru mengucapkan salam
-
Guru Mengajak siswa untuk berdoa sebelum
belajar dan absensi sebelum proses pembelajaran dilakukan.
-
Guru megkoordinasi anak/Brainstorming
agar siap dalam proses pembelajaran.
-
Guru menyampaikan sedikit tentang tari
kreasi dan gerakan pada anak usia dini.
Kegiatan Inti
:
-
Guru menyiapkan media audio visual yang
dibutuhkan untuk kegiatan tarian kreasi.
-
Guru menyuruh anak untuk berbaris di
dalam kelas dan merentangkan tangannya.
-
Setelah semua siap maka guru berdiri di
depan anak-anak.
-
Lalu guru mencontohkan gerakan pada anak
usia dini.
-
Kemudian
setelah itu anak melalukan gerakan sesuai yang dicontohkan oleh guru.
Kegiatan Penutup:
-
Guru mencerikan kembali kolaborasi dari
tarian yang di gerakan.
-
Berdoa pulang
-
Salam
Peneliti
memperhatikan tentang kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran mengenai tari kreasi. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas adalah
melaksanakan dari teori pendidikan dan teknik mengajar yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, dan hasilnya diharapkan meningkatkan efektivitas.
3) Tahap
pengamatan (Observasi)
Observasi dilaksanakan
peneliti dan guru selama proses tindakan dilakukan. Tahap pengamatan ini
mengamati hal – hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan, terhadap proses
tindakan, hasil, dan situasi tindakan serta hambatan dalam tindakan. Pengamatan
ini dilakukan ketika anak melakukan kegiatan tari kreasi. Berikut adalah cara
observasi yang dilakukan oleh peneliti:
a) Peneliti
melakukan observasi terhadap kemampuan anak dalam berjalan dengan berbagai
variasi seperti berjalan di tempat, berjalan ke kanan dan ke kiri, berjalan maju
dan mundur, dan saat anak melakukan
gerakan tari dengan baik sesuai dengan yang dicontohkan guru.
b) Pengamatan
dilakukan oleh peneliti dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana guru
mengajar tari kreasi, apakah sudah sesuai dengan perencanaan sebelumnya atau
tidak, selain itu berguna untuk mengetahui kemampuan anak yang dicapai selama
tindakan.
c) Mencatat
pada lembar observasi yang telah disediakan mengamati kegiatan tari kreasi.
4) Tahap
refleksi
Pada tahap refleksi ini
dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian kemampuan anak Tari
Kreasi dalam meningkatkan kamampuan motorik kasar anak pada siklus I. Pada
hasil pengamatan dan penilaian ini dianalisis selanjutnya dilakukan refleksi
terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanan pada siklus I. Berdasarkan hasil
refleksi akan dilihat seberapa besar peningkatan motorik kasar pada anak
melalui Tari Kreasi. Apabila dalam penelitian pada siklus I belum berhasil,
maka hasil analisis dan refleksi pada siklus I ini yang akan menjadi acuan
dalam melakukan siklus selanjutnya. Tindakan refleksi dilakukan untuk mengingat
kembali tindakan yang telah dilakukan dan menganalisis data observasi pada
kemampuan anak melakukan tari kreasi. Guru dan peneliti melakukan diskusi apa
saja hambatan yang terjadi dan cara untuk melakukan perbaikan pada tindakan
selanjutnya.
b. Pelaksanaan
siklus II
Pelaksanaan siklus II
dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi
pada siklus I. Pada tahap Pelaksanaan siklus II dan seterusnya dilaksanakan
dengan melakukan perubahan pada bagian-bagian tertentu yang didasarkan pada
refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan pada
siklus II sama halnya dengan siklus I yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan,
3) Observasi, 4) Refleksi. Pelaksanaan disetiap siklus dilakukan untuk
mengetahui peningkatan dari kecerdasan motorik anak. Kegiatan refleksi
dilakukan berdasarkan analisa terhadap data yang telah didapat selama
pembelajaran dan observasi, kemudian direfleksikan untuk melihat
kekurangan-kekurangan yang ada, mengkaji mengenai apa yang telah dan belum
terjadi, mengapa terjadi demikian dan langkah apa saja yang perlu dilakukan
untuk perbaikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan berdasarkan
macam data yang diperlukan. Proses pengumpulan data ini peneliti menggunakan
instrument yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.[35]
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan
pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah
mencapai sasaran.[36]
Teknik observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan pada objek penelitian. Observasi
yang peneliti lakukan pada RA Rhaudhotul Huda desa Sumber Bahagia Kec.Seputih
Banyak Lampung Tengah tahun Ajaran 2018 yaitu di peroleh melalui kesunggguhan
anak dalam melakukan tari kreasi seperti anak menggerakan tangan, kaki, badan
serta gerakan lainnya, seperti berjalan deng berbagai variasi. Observasi yang
dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pembelajaran mulai
dari awal tindakan pelaksanaan tindakan sampai berakhirnya pelaksanaan
tindakan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu pengumpulan
data yang digunakan untuk memperoleh suatu informasi langsung dari sumbernya.
Wawancara ini di gunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara
lebih mendalam serta jumlah responden yang sedikit. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu : pewawancara, responden,
pedoman pewawancara dan situasi wawancara.[37]
Dalam penelitian ini digunakan
jenis wawancara bebas terpimpin yaitu saat mewawancara hanya berpedoman pada
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Hasil dari wawancara adalah untuk mengetahui:
a. Informasi
mengenai alat yang digunakan guru dalam tarian, hasil belajar siswa,
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran tari kreasi serta
tanggapan guru mengenai penerapan pelatihan tarian dikelas.
b. Tanggapan
siswa mengenai pelatihan tari kreasi
3. Teknik
Tes
Teknik
Tes adalah mengukur kemampuan seseorang atau gejala yang diteliti.[38] Tes
sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[39]
Jadi dari penjelasan
diatas peneliti simpulkan Tes merupakan proses dimana peneliti melakukan uji
coba kepada anak usia dini ketika melakukan gerakan tarian kreasi, seberapakah kemampuan
anak tersebut pada motorik kasarnya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data itu[40]. Intrumen
berikut ini adalah lembar observasi yang digunaakan untuk menilai peningkatan
motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan tari kreasi di RA
Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia Kec. Seputih Banyak Lampung Tengah TA.2018, yang
terdiri dari:
1. Aspek,
merupakan bagian utama penilaian motorik kasar pada tari kreasi.
2. Indikator,
merupakan deskriptor yang menjelaskan bagian-bagian dari aspek-aspek yang
dinilai.
3. Perkembangan
anak, merupakan bagian yang menjelaskan kriteria penilaian pada motorik kasar
apakah belum berkembang (BB), mulai berkembang (MB), berkembang sesuai harapan
(BSH) atau berkembang sanagat baik (BSB).
Tabel 1.2
Lembat Observasi
Anak
Nama
Anak:........... Kelompok/Semester:...........
No
|
Aspek
|
Indikator
|
Perkembangan Anak
|
||||
BB (1)
|
MB(2)
|
BSH(3)
|
BSB(4)
|
||||
1.
111
|
Peniruan
gerakan tari kreasi
|
Menirukan
gerakan tari kreasi sesuai dengan iringan musik
|
Anak belum mau
menirukan gerakan tari kreasi sesuai dengan iringan musik
|
Anak mulai mau
menirukan gerakan tari sesuai dengan iringan musik dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu menirukan gerakan tari kreasi sesuai dengan iringan musik tapi masih belum
lancar
|
Anak sudah
mampu menirukan gerakan tari kreasi sesuai dengan iringan musik dengan lancar
dan benar
|
|
Gerakan
mengayunkan tangan dan badan
|
Anak belum mau
menganyunkan tangan dan badan
|
Anak mulai mau
mengayunkan tangan dan badan
|
Anak sudah
mampu mengayunkan tangan dan badan dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu mengayunkan tangan dan badan dengan benar dan lincah
|
|||
Gerakan
mengayunkan tangan dan kaki
|
Anak belum mau
mengayunkan tangan dan kaki
|
Anak mulai mau
mengayunkan tangan dan kaki
|
Anak sudah mampu
mengayunkan tangan dan kaki dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu mengayunkan tangan dan kaki dengan benar dan lincah
|
|||
Berjalan
|
Berjalan di
temapat dengan iringan musik
|
Anak belum mau
berjalan ditempat dengan iringan musik.
|
Anak mulai mau
berjalan ditempat dengan iringan musik
|
Anak sudah
mampu berjalan ditempat dengan iringan musik dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu berjalan ditempat dengan iringan musik dengan benar
|
||
Berjalan maju
mundur dengan iringan musik
|
Anak belum mau
berjalan dengan iringan musik
|
Anak mulai mau
berjalan maju mundur dengan iringan musik
|
Anak sudah
mampu berjalan maju mundur dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu berjalan maju mundur dengan benar dan lincah
|
|||
Berjalan ke
kanan dan ke kiri dengan iringan musik
|
Anak belum mau
berjalan kekanan dan kekiri
|
Anak mulai mau
berjalan kekanan dan kekiri
|
Anak sudah
mampu berjalan kekanan dan kekiri dengan bantuan guru
|
Anak sudah
mampu berjalan kekanan dan kekiri dengan benar
|
|||
Skala penilaian:
1= Belum Berkembang (BB)
2= Mulai Berkembang
(MB)
3= Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
4= Berkembang Sangat
Baik (BSB)
Berdasarkan kreteria
penilaian di atas di peroleh:
· Skor
tertinggi tiap indikator adalah 4
· Skor
terendah tiap indikator adalah 1
· Kriteria
motorik kasar melalui tari kreasi keseluruhan dibuat dalam 4 kelompok, yaitu
berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, berkembangan sangat
baik.
G. Teknik Analisis Data
Data
adalah catatan atau kumpulan fakta yang berupa hasil pengamatan empiris pada
variabel penelitian. Data penelitian berarti catatan atau fakta empiris tentang
masalah yang diteliti. Data penelitian dikumpulkan dan dianalisis untuk
dijadikan dasar penarikan kesimpulan dalam penelitian.[41]
Teknik
analisis data yang digunakan menggunakan deskriptif kuantitaf dan kualitatif. Deskripsi
kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka . deskriptif
kualitatif yang dimaksudkan untuk menggambarkan hasil pengamatan peneliti dan
kolaborasi dengan guru kelas tentang kemampuan melakukan gerakan mengayunkan
tangan dan badan, gerakan mengayunkan tangan dan kaki, berjalan ditempat dengan
iringan musik, berjalan maju mundur dengan iringan musik, berjalan kekanan ke
kiri dengan irangan musik dan menirukan gerakan tari kreasi sesuai dengan
iringan musik. Analisis data dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan pada penelitian ini.[42]
Untuk
mendapatkan data yang akurat pada kemampuan anak menganalisis data observasi
dilakukan dengan analisis statistik dengan rumus:
1. Nilai
rata-rata
Peneliti menjumlahkan
nilai yang diperoleh anak yang kemudian dibagi dengan jumlah anak yang ada
dikelas yang diteliti sehingga diperoleh nilai rata-rata.[43]
Nilai rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
|
Keterangan:
X =
Rata-rata
∑ X =Jumlah Nilai
N =
Jumlah siswa
2. Analisis
Presentase
Selanjutnya untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak dilakukan analisis presentase, dengan rumus
sebagai berikut:
P =
x 100%
Keterangan:
P= Presentase kemampuan
Motorik kasar
F= Jumlah anak yang
mengalami perubahan
N= Jumlah keseluruhan
anak.[44]
Tabel 1.3
Interprestasi Kemampuan Motorik
Kasar Anak
Tingkat Keberhasilan %
|
Kriteria
|
>80%
60%-79%
40%-59%
20%-39%
|
Berkembang
sangat baik
Berkembang
sesuai harapan
Mulai
Berkembang
Belum
Berkembang
|
Sumber: (Zainal
Aqib, 2010:41)
Tindakan
dalam penelitian ini akan dinyatakan berhasil jika didalam kegitan tari kreasi
75% (9 anak) dari 17 anak usia 5-6 tahun di RA Rhaudhotul Huda Sumber Bahagia
Kec.Seputih Banyak Lampung Tengah mengalami peningkatan motorik kasar pada
kriteria berkembang sangat baik (bsb).
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan hasil
penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan meningkatnya keamampuan motorik
kasar anak setelah dilakukan kegiatan tari kreasi yaitu kemampuan yang memenuhi
unsur-unsur kelincahan, keluwesan, ketlatenan dan koordinasi pada gerak
khususnya gerakan seluruh anggota badan. Peningkatan keberhasilan tersebut
dapat kita lihat pada data penelitian awal dan setelah diberikan tindakan.
Sebagai indikator keberhasilan anak kelompok B RA Rhoudhotul Huda Sumber
Bahagia Kec. Seputih Banyak Lampung Tengan TA.2018. Dalam peneliti ini dikatan
baik apabila anak sudah mencapai gerakan yang sempurna, kelincahan, dan sudah
mencocokan lagu dengan gerakkannya, jika anak sudah mencapai tingkat tersebut
maka dikatakan sudah berhasil menyangkut motorik kasar anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
Denok Dwi . 2016, “Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari
Binatang Pada Anak Kelompok B” Jurnal PG-PAUD Trunojoyo. Vol. 3 No. 2 Oktober
2016. https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+keterampilan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+tari+binatang+pada+anak+kelompok+b&btnG
Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekata Praktis, (jakarta: rineka cipta,2010)
Asem
Yogyakarta”, Artikel Jurnal Skripsi PAUD Edisi 8. https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+keterampilan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+menari+animal+dance+la&btnG
Bambang, Sujiono. “Metode Pengembangan Fisik”, Jakarta: Universitas
Tebuka, 2005.
Beaty,
Janice J. “Observasi Perkembangan Anak Usia Dini”, Jakarta: Kencana, 2013.
Dariyo, Agoes .“psikologi
perkembangan”, Bandung: PT Reflika Aditama,2007.
Evitasari,
Yulesti .“Meningkatkan Kecerdasan
Kinestetik Anak Melalui Gerakan Tari Kreasi Pada Kelompok B Di PAUD Sedasen
Kabupaten Rejang Lebong”, 2014. https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:v6HWi-B_8FMJ:scholar.google.com/&hl
Hasan, M. Iqbal. Pokok – Pokok Materi Statistik I, ( Jakarta : Bumi Aksara,2003)
Hidayat, “Wawasan Seni Tari”, Malang: Universitas Negeri Malang, 2005
Jahja, Yudrik. “Psikologi Perkembangan”, Jakarta:
Kencana,2011.
Kamtini, “Beramain
Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak”, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005.
Kulsum,Umi. Konsep Dasar Paud ,
Sekolah Tinggi Agama Islam AN Nur Lampung.
Kunandar, “Langkah
Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”, (Jakarta
: PT. Rajawali Pers, 2011), Edisi Revisi
.Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013)
Munawaroh,
Kurnia . 2015, “Peningkatan Keterampilan Mootorik Kasar Melalui Kegiatan Menari
Animal Dance Pada Anak Kelompok A Di TK Aba Kutu
Musfiqon, “Panduan
Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan”, (Jakarta : Prestasi Pustaka,
2012),
. Metodologi
Penelitian Pendidikan”, Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2012.
Pratama,
Lia Ricka. Perkembangan Anak, Metro Lampung: CV LADUNY ALIFATAMA, 2017
Purwanto,
Ngalim . Prinsip – Prinsip Dan Teknik
Evaluasi Pengajaran, (bandung : PT remaja rosdakarya,2004).
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan
Dan Peneliti Pemula,(bandung: alfabeta, 2005).
Rudiyanto,
Ahmad. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini,
Darussalam Press Lampung, 2016.
Sulastri,
Ni Made. “Peningkatan Kemampuan Motorik
Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi”, LPPM IKIP MATARAM 2017. https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+kemampuan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+tari+kreasi&btnG
Susanti,
Susi Setiana. “Upaya Meningkatkan
Keterampilan Motorik Kasar Melalui Tari Topi Saya Pada Kelompok B TK ABA Brosot
I Kulon Progo”, (Yogyakarta, 2017). https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=upaya+meningkatkan+keterampilaln+motorik+kasar+melaui+tari+topi+saya+pada+kelompok+b+tk+aba+bosot+1+kulon+progo&btnG.
Solihati, Dian. Pelaksanaan kegiatan Seni Tari Tradisional, FKIP,UMP 2017.
Urbaningrum,
Anis. “Meningkatkan Motorik Kasar Melalui
Tari Kreasi Pada Anak Kelompok B”, nomer 1, 2018
Wardani,
Enno. “Upaya Meningkatkan Motorik Kasar
Anak Uisa 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Tari Kreasi Di TK Negeri Pembina Atu
Lintang Kec.Atu Lintang Kab.Aceh Tengah”, (UIN: 2017). http://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=upaya+meningkatkan+motorik+kasar+anak+5+6+tahun+melalui+kegiatan+tari+kreasi+di+tk+negeri+pembina+atu+lintang+kec.lintang+kab.aceh+tengah&btnG
Yamin, Martinis dan
Sanan Sabri, Jamilah. “Panduan
Pendidikan Anak Usia Dini”, Jakarta: GP Pers, 2010.
Yenita. “Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak
Melalui Tari Kreasi Pada Kelompok B PAUD Melati Timbul Rejo Kabupaten Rejang
Lebon”, 2014. https://scholar.google.co.id/scholar?cilent=ms-android-xiaomi&inm=vs&um=1&ie=UTF-8&Ir&q
[1]
Umi Kulsum, Konsep Dasar Paud ,
Sekolah Tinggi Agama Islam AN Nur Lampung: 2016, hal. 1-2
[2]
Ahmad Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini,
Darussalam Press Lampung, 2016, Hal. 10-11
[3]
Ibid. 12
[4]
Lia Ricka Pratama, Perkembangan Anak, Metro Lampung: CV LADUNY
ALIFATAMA, 2017, Hal. 20
[5]
Anis Urbaningrum, “Meningkatkan Motorik
Kasar Melalui Tari Kreasi Pada Anak Kelompok B”, nomer 1, 2018. Hal.2
[6] Enno
Wardani, “Upaya Meningkatkan Motorik
Kasar Anak Uisa 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Tari Kreasi Di TK Negeri Pembina Atu
Lintang Kec.Atu Lintang Kab.Aceh Tengah”, (UIN: 2017) http://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=upaya+meningkatkan+motorik+kasar+anak+5+6+tahun+melalui+kegiatan+tari+kreasi+di+tk+negeri+pembina+atu+lintang+kec.lintang+kab.aceh+tengah&btnG
[7] Denok
Dwi Anggraini, 2016, “Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Kegiatan
Tari Binatang Pada Anak Kelompok B” Jurnal PG-PAUD Trunojoyo. Vol. 3 No. 2
Oktober 2016,Hal.128 https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+keterampilan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+tari+binatang+pada+anak+kelompok+b&btnG
[8] Ni Made
Sulastri, “Peningkatan Kemampuan Motorik
Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi”, LPPM IKIP MATARAM 2017 https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+kemampuan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+tari+kreasi&btnG
[9]
Susi Setiana Susanti, “Upaya Meningkatkan
Keterampilan Motorik Kasar Melalui Tari Topi Saya Pada Kelompok B TK ABA Brosot
I Kulon Progo”, (Yogyakarta, 2017) https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=upaya+meningkatkan+keterampilaln+motorik+kasar+melaui+tari+topi+saya+pada+kelompok+b+tk+aba+bosot+1+kulon+progo&btnG
[10] Kurnia
Munawaroh, 2015, “Peningkatan Keterampilan Mootorik Kasar Melalui Kegiatan
Menari Animal Dance Pada Anak Kelompok A Di TK Aba Kutu Asem Yogyakarta”,
Artikel Jurnal Skripsi PAUD Edisi 8 Hal.1 https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+keterampilan+motorik+kasar+melalui+kegiatan+menari+animal+dance+la&btnG
[11] Yudrik
Jahja, “Psikologi Perkembangan”,
Jakarta: Kencana,2011. Hal.184
[12] Ibid, Umi kulsum, Hal.3-4
[13] John W Santrock, “Perkembangan Anak Jilid 1”, Jakarta:
Erlangga,2007. Hlm.210
[14] Martinis Yamin dan Jamilah Sanan
Sabri, “Panduan Pendidikan Anak Usia Dini”,
Jakarta: GP Pers, 2010. H.132
[15] Sujiono, Bambang. “Metode
Pengembangan Fisik”, Jakarta: Universitas Tebuka, 2005. Hal.13
[16] Janice
J Beaty, “Observasi Perkembangan Anak Usia Dini”, Jakarta: Kencana, 2013.
Hlm.200
[17] Ahmad Rudiyanto, “Pekembangan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia Dini”, Way Jepara Lampung: Darussalam
Press Lampung, 2016., Hal.31-33
[18] Agoes
Dariyo, “psikologi perkembangan”,
Bandung: PT Reflika Aditama,2007. (Hlm,127-129)
[19] Ahmad Rudiyanto, “Perkembangan Motorik..., h. 16-17.
[22] Ibid., Ahmad Rudiyanto (h. 37-40)
[23] Ibid, Ahmad Rudiyanto, Hal.3
[24] Kamtini, “Beramain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak”, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional,2005. Hal.89
[25] Dian Solihati, Pelaksanaan kegiatan Seni Tari Tradisional, FKIP,UMP 2017. Hal.7
[27] Yulesti
Evitasari, “Meningkatkan Kecerdasan
Kinestetik Anak Melalui Gerakan Tari Kreasi Pada Kelompok B Di PAUD Sedasen
Kabupaten Rejang Lebong”, 2014, Hal. 34-35 https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:v6HWi-B_8FMJ:scholar.google.com/&hl=
[28] Ibid, H.15
[29] Yenita,
“Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak
Melalui Tari Kreasi Pada Kelompok B PAUD Melati Timbul Rejo Kabupaten Rejang
Lebon”, 2014. Hal. 24 https://scholar.google.co.id/scholar?cilent=ms-android-xiaomi&inm=vs&um=1&ie=UTF-8&Ir&q
[30] Ibid. Hal.25
[32] Musfiqon, “Panduan Lengkap Metodologi
Penelitian Pendidikan”, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012), h. 45.
[33]
Musfiqoh, “Metodologi Penelitian
Pendidikan”, Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2012. Hal.78
[34] Kunandar, “Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”, (Jakarta : PT. Rajawali
Pers, 2011), Edisi Revisi, h. 96.
[35]
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), h. 143
[36]Ibid, Kunandar, h. 143
[37] Ridwan,
Belajar Mudah Penelitian Untuk
Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,(bandung: alfabeta, 2005).h 74.
[38]
Musfiqon, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2012) Hal. 132
[39]
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk
Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: ALFABETA, 2005). Hal, 76
[40] Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktis,
(jakarta: rineka cipta,2010).h.94
[41] Ibid.
Musfiqon, Hal. 149-150
[42]
Ngalim purwanto, Prinsip – Prinsip Dan Teknik Evaluasi
Pengajaran, (bandung : PT remaja rosdakarya,2004). h.265
[43] M. Iqbal Hasan, Pokok – Pokok
Materi Statistik I, ( Jakarta : Bumi Aksara,2003), h.73
[44] Zainal
Aqib, Pokok Materi Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Hal.40-41
Komentar
Posting Komentar