Bimbingan dan Konseling Untuk Peningkatan Kecerdasan Sosial Anak Usia Sini
A.
Hakekat
Kecerdasan Sosial
Istilah kecerdasan atau yang dibiasa dikenal dengan IQ (intelegence quotient) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,
berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan sosial pada dasarnya hampir mirip dengan prilaku
sosial atau prososial, prilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan
orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan
sosialisasi yang dapat diterima oleh orang lain dalam hal berprilaku, belajar
memainkan peran sosial yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya
mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain.
Adapun kecerdasan sosial adalah kegiatan sosial yang
berkaitan dengan pihak lain, namun dilandasi oleh pemahaman atau daya pikir
(nalar) yang tinggi, kegiatan yang dilandasi oleh pertimbangan dan pemikiran
yang logis dan rasional supaya diterima oleh orang/pihak lain.
Kecerdasan sangat berhubungan dengan kemampuan kognitif
yang dimiliki oleh setiap individu.
Kecerdasan juga berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
orang sekitar. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat
memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Hal ini juga yang
mendasari kecerdasan sosial (social
Intellegence) dimana kecerdasan sosial merupakan suatu ketersmpilan
individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemudian Thorndike menambahkan
pengertian kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang
untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan sosial tidak kalah penting dengan kecerdasan kognitif.
Banyak orang tua yang sangat senang apabila anaknya mendapat nilai yang bagus
disekolah nya. Hal tersebut memang benar namun tidak seterusnya benar. Sebab
menurut penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman menunjukan bahwa
kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual memberikan konstribusi sebesar 80%
terhadap tingkat kesuksesan seseorang, sedangkan kecerdasan intelektual hanya
memberikan konstribusi sebesar 20%.
Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang erat kaitannya
dengan sosialisasi dan berhubungan dengan kelompok. Kemampuan untuk mengenal
diri sendiri dan untuk mengetahui orang lain adalah sesuatu yang tidak dapat
dijauhkan dari kondisi manusia. Kecerdasan sosial adalah kemampuan dalam
mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran
manusia sebagai makhluk sosial didalam menjalani hubungan dengan lingkungan
atau kelompok masyarakat[1].
Bidang pengembangan bimbingan sosial adalah bidang bimbingan
yang membantu peserta didik memahami diri, dalam kaitannya dengan lingkungan
dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti yang luhur dan tanggung
jawab sosial. Bidang pengembangan bimbingan sosial bertujuan untuk membantu
individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah
sosial sehingga individu mendapatkan penyesuian diri yang sebaik-baiknya dalam
lingkungan sosialnya[2].
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial
adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungan sosial serta kampuan
memahami hubungan antara pribadi dalam lingkungan tersebut. Dengan kata lain,
kecerdasan sosial dapat dimaknai sebagai kemampuan dalam mencapai kematangan
pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai
makhluk sosial dalam menjalani hubungan dengan lingkungan atau kelompok
masyarakat. Bentuk kecerdasan ini sangat penting kaitannya dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Aspek-aspek Kecerdasan Sosial
Sejalan definisi kecerdasan sosial yang dikemukakan diatas,
kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang mencakup interaksi kelompok dan
erat kaitannya dengan sosialisasi. Kamampuan untuk mengenal diri sendiri dan
untuk mengetahui orang lain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kondisi
manusia. Manusia merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu, manusia tidak hidup
sendiri. Dalam setiap kehidupan, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Aspek-aspek kecerdasan sosial yang
paling populer diperkenalkan oleh Karl Albrecht yang mengusulkan sebuah model
social intelligence yang terdiri dari lima elemen kunci yang bisa mengasah
kecerdasan sosial. Kelima aspek tersebut oleh Albrecht disebut dengan istilah
SPACE yang terdiri dari lima huruf dengan singkatan masing-masing, yaitu:
1.
S adalah singkatan dari situasional awareness atau kesadaran situasional, yaitu sebuah
kehendak untuk bisa memahami dan peka terhadap kebutuhan serta hak orang lain.
Salah satu contohnya yakni orang yang tanpa dosa mengeluarkan gas dari lift
yang penuh dan sesak. Selain itu contoh lainnya adalah orang yang merokok
diruag AC atau merokok dalam kendaraan umum dan menghembuskan asap secara
sembarangan pada semua orang disekitarnya. Melihat dari contoh tersebut
pastilah orang tersebut bukanlah tipe pribadi yang paham akan makna kesadaran
situasional.
2.
P adalah singkatan dari Presence atau kemampuan membawa diri, yaitu kemampuan yang
berkenaan dengan etika penampilan, tutur kata dan sapa, gerak tubuh ketika
berbicara dan mendengarkan adalah sejumlah aspek yang tercantum dalam elemen
ini. Anda mungkin bisa mengingat siapa rekan atau atasan anda yang memilii
kualitas presense yang baik dan mana yang buruk.
3.
A adalah singkatan dari authenticity atau keaslian. Sinyal dari prilaku kita yang membuat orang
lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya (trusted), jujur, terbuka
dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini sangat penting sebab
hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan berjejak relasi yang mulai
dan bermartabat.
4.
C adalah singkatan dari charity atau kejelasan. Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita
dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara renyah dan
persuasif sehingga orang lain menerimanya dengan tangan terbuka. Sering kali
kita memiliki pendapat yang baik, namun gagal
menyampaikannya secara baik sehingga orang lain tidak berhasil diyakinkan.
Kecerdasan sosial yang produktif barang kali memang hanya akan bisa dibangun
dengan indah manakala kita mampu mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan
penuh kejernihan dan kebeningan.
5.
E adalah singkatan empathy atau empati. Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa
berempati pada pandangan dan gagasan, serta perasaan orang lain. Kita akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang
baik kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa empati yang kuat
terhadap sesama rekan kita.
Dari kelima aspek kecerdasan tersebut diatas, dapat
dianalogikan bahwa orang dengan kecerdasan sosial tingii adalah orang yang
memiliki sikap dan jiwa sosial yang tinggi, dan orang tersebut tidak akan
menemui kesulitan saat memulai suatu interaksi seseorang atau kelompok. Dalam
bentuk yang lebiih maju, kecerdasan ini memungkinkan orang dewasa membaca
kehendak dan keinginan orang lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan.
Kecerdasan sosial ini mencakup kemampuan bernegosiasi, mengatasi segala
konflik, segala kesalahan, dan situasi yang timbul dalam proses negosiasi.
Semua keterampilan membebaskan seseorang dengan kecerdasan sosial tinggi
sanggup berperan sebagai teman bicara dan sekaligus pendengar yang baik, serta
sanggup berhubungan dengan banyak orang.
Selanjutnya dilihat dari jenis dan karakteristiknya,
kecerdasan sosial ini dapat dibedakan menurut unsur-unsur kecerdasan sosial,
yang secara garis besar dapat diorganisir kedalam dua kategori besar yaitu
kesadaran sosial dan fasilitas sosial. kesadaran sosial adalah apa yang kita
rasakan tentang orang lain dan Fasilitas sosial adalah apa yang kita lakukan
dengan kasadaran itu. Kedua kategori tersebut dapat dibagi pada unsur-unsur
kecerdasan sosial antara lain sebagai berikut:
1.
Kesadaran Sosial
Kesadaran sosial merujuk pada
spektrum yang merentang secara instan merasakan keadaan batiniah orang lain
sampai pada memahami perasaan dan pikirannya, untuk mendapatkkan situasi sosial
yang baik, yang meliputi:
a.
Empati
dasar, yaitu suatu kemampuan untuk merasakan isyarat-isyarat non verbal
dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemapuan merasakan
emosi orang lain berupa sebuah kemampuan jalan-rendah yang berlangsung spontan
dan cepat atau muncul dan gagal dengan cepat dan otomatis.
b.
Penyelarasan.
Berupa perhatian yang melampaui empati sesaat kehadiran yang bertahan untuk
melancarkan hubungan yang baik, yaitu dengan menawarkan perhatian total kepada seseorang
dan mendengarkan sepenuhnya, berusaha memahami orang lain lebih dari pada
menyampaikan maksud tertentu. Mendengarkan secara mendalam seperti itu
kelihatnya merupakan kamampuan alamiah. Meskipun begitu seperti halnya dengan
dimensi-dimensi kecerdasan sosial lainnya orang lain bisa memperbaiki
keterampilan penyelarasanya yang baik.
c.
Ketepatan
empatik. Ketepaat empatik dibangun diatas empati dasar namun menambahkan
suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu kemampuan untuk memahami pikiran,
perasaan dan maksud orang lain dalam berinterkasi dengan orang lain sehingga
tercipta interkasi yang baik dan harmonis.
d.
Pengertian
sosial, merupakan aspek keempat dari kesadarann sosial yang merupakan pengetahuan
tentang bagaimana dunia sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang
mempunyai kemahiran dalam proses mental ini akan banyak mengetahui apa yang
diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial.
2.
Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial juga berpengaruh
dalam kecerdasan sosial yang didalamnya meliputi
a.
Singkroni, adalah batu fondasi yang menjadi
landasan dibangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam singkroni merusak
kompetesi sosial membuat interaksi menjadi tidak selaras. Singkroni
memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian non verbal bersama
orang lain dengan tanda-tanda singkroni mencakup rentang interaksi yang
terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman atau mengangguk pada waktu yang
tepat untuk semata-mata mengarahkan tubuh kita ke orang lain.
Ungkapan bahasa tubuh lebih dapat
dipercaya untuk mengusung subtansi dan mudah dibaca sipenerima pesan. Sementara
bahasa verbal sering menjebak pendengar karena permainan retoriknya. Oleh
karena itu, komunikasi verbal harus disertai dengan komunikasi visual secara
singkron agar menghasilkan kesan yang diharapkan.
b.
Presentasi Diri, suatu kemampuan untuk
menampilkan diri sendiri secra evektif untuk menghasilkan kesan yang
dikehendaki. Salah satu yang dipandang penting dalam presentasi diri yaitu
adanya kemampuan untuk “mengendalikan dan menutupi”. Orang yang mahir dalam
mengendalikan itu merasa percaya diri dalam mengendalikan situasi sosial,
memiliki kemampuan untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya. Dengan begitu
mereka dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh kendali diri.
c.
Pengaruh, adalah adanya suatu kemampuan mempengaruhi
orang lain agar membentuk hasil interaksi sosial yang baik. Dengan menggunakan
kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri dan mendekati orang
lain dengan prilaku profesional, tenang dan penuh perhatian.
d.
Kepedulian, merupakan kemampuan seseorang untuk peduli
dengan orang lain, peduli akan kebutuhan seseorang dan melakukan tindakan yang
sesuai dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita mengambil tanggung jawab apa
yang perli dilakukan dengan baik dan akan menimbulkan orang-orang yang
prihatin, yaitu seorang yang paling bersedia mengambil waktu dan berusaha untuk
membantu seorang koleganya.
Fasilitas sosial menyediakan format bagi
individu bagaimana seyoginya ia bertindak. Kepedulian seorang terhadap orang
lain yang membutuhkan pertolongan, harus diterjemahkan kedalam bahasa ungkap
yang bersesuain dengan mekanisme yang berlaku. Dengan demikian bentuk
kepedulian itu akan selarang dengan kehendak orang yang membutuhkan
pertolongan. Bentuk kepedulian seseorang terhadap perasaan orang lain disertai
dengan tindakan yang tepat dan efektif untuk menciptakan harmonisasi interaksi
dilandasi oleh empati.
C. Esensi Empati Dalam Pengembangan Kecerdasan
Sosial
Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya
pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan
utama dalam memiliki sikap empati kemampuan seseorang daalm mendengarkan dan
mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (massage)
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya.
Ada dua bentuk pelengkap emapati yaitu bela rasa dan
pemahaman. Bela rasa (compassion) diaktifkan dalam inti emosi dari otak yang
dikenal sebagi sistem limbik. Sementara pemahaman (comprehension) bersiffat
pemikiran. Kita melihat pengalaman orang lain dari sudut pandang mereka.
Pemahman dibangkitkan dalam bagian otak yang digunakan untuk berfikir.
Empati berperan meningkatkan sifat kemaanusiaan keadaban dan
moraalitas. Empati merupakan emosi yang mengusik hati nurani ketika melihat
kesusahan orang lain. Hal tersebut juga yang membuat individu dapat menunjukkan
toleransi dan kasih sayang, memahami kebutuhan orang lain serta mau membaantu
orang yang sedang dalam kesulitan. Individu yang belajar berempati akan jauh
kebih pengertian dan penuh kepedulian dan biasanya mampu mengendalikan
kemarahan.
Empati kebajikan yang utama pertama dari kecerdasan moral,
adalah kemampuan memahami dan merasakan kekhawatiran orang lain. Ini merupakan
hal yang dapat mencegah perbuatan kejam dan mendorong kita untuk memperlakukan
orang lain dengan baik. Emapti muncul secara alamiah dan sejak usia dini,
anak-anak lahir dengan membawa sifat yang besar anfaatnya bagi perkembangan moral
ini. Namun tidak ada jaminan bahwa kelak kapasitas untuk memahami perasaan
oraang lain dapat berkembangan baik.
Bebrapa indikator empati pada anak meliputi :
1.
Menunjukkan kepekaan sosial.
2.
Memahami perasaan orang lain.
3.
Menentukan kepekaan terhadap kebutuhan dan
perasaan orang lain.
4.
Memahami perasaan orang lain secara tepat dari
sikap tubuh bahasa dan ekpresi wajah dan nada suara.
5.
Memahami ekspresi wajah yang ditunjukkkan orang
lain dan memberikan reaksi yang tepat.
6.
Memahami kesedihan orang lain dan memberi respon
yang tepat.
7.
Menunjukkan bahwa ia mengerti perasaan orang
lain.
8.
Meneteskan air mata atau ikut bersedih ketika
orang lain sedang bersusah hati.
9.
Menunjukkan kepedulain ketika orang lain
diperlakukan tidak adil dan tidak baik.
10. Menunjukkan
keinginan untuk memahami sudut pandang orang lain.
11. Mengungkapkan
secara lisan pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Dengan mengacu pada uraian diatas dapat ditegaskan
disini bahwa empati merupakan inti sekaligus pondasi dari kecerdasan sosial.
Empati mendasari seluruh aktivitas hubungan sosial antara individu, sehingga
posisi empati berada diantara kesadaran sosial dan fasilitas sosial yang
akhirnya menuju kecerdasan sosial.
D. Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan
kecerdasan sosial
Bimbingan dan konseling untuk pada anak usia dini adalah
suatu upaya memberikan bantuan yang dilakukan oleh guru terhadap anak usia dini
agar anak mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dan dapat
berkembang secara optimal[3]
Dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kecerdasan sosial, meningkatkan kecerdasan empati anak, maka
pendidikan taman kanak-kanak merupakan pondasi yang harus kukuh untuk
melanjutkan ke jenjaang selanjutnya. Untuk itu, kecerdasan sosial (empati)
sedini mungkin harus diletakkan pada posisinya agar berkembang sesuai harapan.
Tubuh anak sebagai sarana komunikasi dengan orang lain perlu dilatih sedemikian
rupa agar bisa memberikan pesan pada orang lain serta respon apa yang dirasakan
oleh orang lain. Melalui bahasa lisan dan bahasa tubuhnya komunikasi baik
verbal maupun non verbal akan berjalan dengan narmonis dan tepat aksi.
1.
Komuniaksi verbal
Komuniaksi verbal
sebagai alat komunikasi, bahasa merupkan sarana yang penting dalam kehidupan
anak. Di samping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan
perasaan terhadap orang lain. Mengingat besarnya peranan bahasa bagi kehidupan
anak, maka perlu dikembngkan pada anak didik sejak usia taman kanak-kanak. Anak
usia 5-6 tahun pada umumnya sudah bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang
tua dan sodara-sodaranya mauoun teman sebaya. Komuniaksi verbal ini merupakan
komunikasi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari,
misalnya di rumah, di pasar, di acara pesta, di sekolah. Di temapt kerja dan lain
sebagainya. Melalui ucapan untuk menyampaikan informasi keinginan pertanyaan
jawaban atar pertanyaan, perasaan dan juga cerita. Segala sesuatu yang kita
ucapkan menjadi informasi bagi orang yang mendengarkannya.
2.
Komunikasi non verbal
Bahasa tubuh sebagai alat komunikasi
akan membantu pembentukan mendorong perkembangan pikiran, karena dalam
berkomunikasi apa yang ada didalam pikiran di tuangkan kedalam gerak-gerak
tubuh. Komunikasi non verbal (bahasa tubuh) cara penyampaian informasi melalui
suara gerakan tubuh dan ekspresi muka.
Komunikasi non verbal merupakan
isyarat atau informasi yang ditamplkan oleh tubuh ketika melaakukan komunikasi
secara lisan. Disadari atau tidak sesungguhnya tubuh manusia (ekspresi muka,
tekanan dan kerasnya suara, posisi tubuhm gerakan tubuh, tangan dan bahkan
kaki).
Komunikasi lisan
dan bahasa tubuh merupakan dua kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Oleh karena itu sebelum dapat
memahami dan mempelajari bagaimana melakukan komunikasi lisan yang baik maka
terlebih dahulu harus mempelajari arti atau mkna yang ditampilkan melalui
bahasa tubuh.
Banyak cara yang
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak, yang salah satunya adalah
dengan cara pembelajaran melalui bermain peran (role playing). Secara teoritis
pembelajaran dengan bermain peran dapat mengandung empat jenis makna
pembelajaran, yaitu: apresiesi, pertunjukan, analisis, dan kesadaran sosial.
1.
Apresiasi sendiri mengandung makna mengamati dan
menghargai karya seni.
2.
Pertunjukan mengandung makna mempelajari suatu
cara bagaimana seluruh ungkapan seni itu menyatakan.
3.
Analisis merupakan kupasan dengan menggunakan
jalan pikiran atau nalar terhadap karya seni.
4.
Kesadaran sosial, dengan bermain peran dapat
menghargai seni sebagai gejala sosial, mengandung makna mempelajari peran seni
terhadap kehidupan manusia[4].
Kesimpulan
Jadi, dapat di simpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah
kegiatan sosial yang berkaitan dengan pihak lain, namun dilandasi oleh
pemahaman atau daya pikir (nalar) yang tinggi, kegiatan yang dilandasi oleh
pertimbangan dan pemikiran yang logis dan rasional supaya diterima oleh
orang/pihak lain.
Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang erat kaitannya
dengan sosialisasi dan berhubungan dengan kelompok. Kemampuan untuk mengetahui
orang lain dan mengenal diri sendiri adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari kondisi manusia. Kecerdasan sosial adalah kemampuan dalam mencapai
kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran
manusia sebagai makhluk sosial didalam menjalani hubungan dengan lingkungan
atau kelompok masyarakat.
Bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kecerdasan sosial,
meningkatkan kecerdasan empati anak, maka pendidikan taman kanak-kanak
merupakan pondasi yang harus kukuh untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Tubuh anak sebagai sarana komunikasi dengan orang lain perlu dilatih sedemikian
rupa agar bisa memberikan pesan pada orang lain serta respon apa yang dirasakan
oleh orang lain.
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman
Kanak-Kanak, Jakarta: Prenada Media
Group, 2015
Mulyadi, Bimbingan Konseling Di Sekolah dan Madrasah,
Jakarta: Kencana, 2016
Veni Iswantiningtyas,
Layanan Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, Jurnal Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 1,
2017
[1] Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman
Kanak-Kanak, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015) hlm.207-208
[2] Mulyadi, Bimbingan Konseling Di Sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: Kencana, 2016). Hlm.288
[3] Veni Iswantiningtyas,
Layanan Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, Jurnal Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 1,
2017, hlm 392
[4] Ibid, hlm.209-229
Komentar
Posting Komentar