Kesehatan Mental Pada Anak
A. LATAR
BELAKANG
Perilaku berbohong adalah satu
bentuk ketidakjujuran, kecurangan dalam bentuk pernyataan/ perbuatan yang tidak
dapat di percaya, biasanya diiringi dengan niat untuk menjaga suatu rahasia
atau reputasi melindungi perasaan individu tertentu, menghindari hukuman atau
konsekuensi dari suatu tindakan.
Pada dasarnya, anak berbohong
dengan alasan yang berbeda-beda, sama dengan orang dewasa ketika berbohong.
Yakni untuk menghindari hukuman karena mengelakan tanggung jawab, melindungi
teman, agar dipuji, untuk melindungi hal-hal yang sifatnya pribadi. Khususnya
pada anak usia dini mereka berbohong dengan alas an yang sifatnya
kekanak-kanakan, seperti menguji kemampuan menghindari dari amarah orang tua,
bagian dari imajinasi atau memang benar-benar membuat cerita. Jadi untuk
kondisi tertentu berbohong ternyata dibutuhkan, sebab sesungguhnya perilaku
berbohong adalah human nature, dapat kita hindari namun butuh effort tidak
sederhana untuk meniadakannya sama sekali.
Menarik diri (withdrawal) adalah
satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap
lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya anak merasa
dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan
orang lain.
A. BERBOHONG
1. Pengertian
Berbohong
Berbohong
adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Bila dilakukan
oleh orang dewasa, maka sikap kita terhadapnya jelas, juga pilihan tindakan
yang perlu diambil untuk menanggapinya. Namun
hal ini menjadi perbedaan bila kebohongan dilakukan oleh anak usia pra-sekolah.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan.
Pertama adalah
tentang fakta itu sendiri. Orang dewasa dengan jelas dapat membedakan mana yang
fakta, yakni yang secara objektif ada dilingkungan, dengan yang sifatnya fantasi
atau khayalan. Karenanya kebohongan yang dilakukan oleh anak-anak memungkinkan
disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memilah mana yang merupakan fakta dan mana
yang merupakan fantasi sesuatu yang paling baik dilakaukan barangkali adalah
menganggap cerita anak sebagai bagian dari proses fantasi yang bermanfaat untuk
mengembangkan kreativitasnya.
Kedua,
orang tua memungkinkan melakukan kebohongan untuk mendapatkan keuntungan bagi
dirinya sendiri, atau pada beberapa kasus untuk melindungi diri. Keuntungan yang
ingin dicapai bias bersifat material, misalnya uang atau benda berharga, maupun
social misalnya pangkat, derajat sosial, atau sekedar untuk kebanggaan didepan
orang lain. Kebohongan orangtua memiliki dua sisi. Disisi lain kebohongan iti
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi si pelaku, dan disisi lain
kebohongan itu dapat merugikan orang lain.
Sekalipun
faktor tujuan juga bias dijumpai pada kebohongan yang dilakukan oleh anak-anak, tujuan tersebut bersifat sangat
sementara. Misalnya anak berbohong bahwa dia baru saja jalan-jalan dengan
ayahnya keluar kota semata-mata hanya biar dia terlihat hebat di depan
teman-temannya. Justru sisi manfaat yang lebih mungkin didapatkan pada anak
yang melakukan berbohong itu mungkin bia mengembangkan kreativitas berfikirnya.
Pada kelompok anak-anak, proses berkomunikasi yang penuh khayalan tersebut biasa
menciptakan kegembiraan, disamping itu juga stimulasi kelompok untuk
mengembangkan kreativitas. Sekalipun terdapat sisi-sisi positif pada kebohongan
anak, terdapat juga kemungkinan kesalahan perkembangan yang mengarah pada
terbentuknya kebiasaan bohong sampai usia dewasa bila itu terjadi maka akan
terbentuk bibit-bibit kebohongan pada anak.
Bagian
ini berusaha mengupas kedua sisi tersebut secara berimbang. Di satu sisi adalah
untuk melihat kebohongan sebagai bagian dari proses pengembangan
intelektualitas anak. Disisi lain adalah untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan kebohongan tersebut mengarah kepada perkembangan yang tidak sehat.
2. Penyebab
Anak Berbohong
Ada
empat (4) penyebab kebohongan, yaitu:
a. Kebohongan
yang menutupi kondisi dirinya.
b. Pada
satu kesempatan mungkin anak ingin menunjukan superioritasnya disbanding
anak-anak yang lainnya. Karena superioritas pada anak identik dengan
pengalaman-pengalaman yang hebat, maka anak mungkin melebih-lebihkan cerita
tentang apa yang baru saja dilakukannya.
c. Faktor
situasional yang mengancam. Kadang orangtua atau pendidik tk menghukum anak
secara sembarang mungkin hukuman itu diberikan untuk hal yang dilakukan oleh
anak. Atau mungkin dalam pikiran anak hukuman itu tidak setimpal dalam
kesalahan yang dilakukannnya. Bila hal ini berlangsung terus menerus anak
mungkin berfikir lebih baik berbohong untuk menghindari hukuman yang mungkin
diterimanya.
d. Meniru
kebohohongan yang dilihat atau didengar anak dongeng, cerita, dan film
anak-anak.
Secara ringakas kebohongan anak
memiliki sisi negative maupun positif. Bila harus ditimbang keduanya, unsur
positif yang sebenarnya lebih dominan. Namun karena kebohongan ini bias
berlanjut ke masa dewasa, orangtua atau pendidik perlu memberikan tanggapan
yang tepat. Tanggapan yang baik akan mengubah fantasi menjadi kreativitas,
melebih-lebihkan cerita diri menjadi kepercayaan diri yang memadai.
3. Gejala-gejala
yang Tampak
Berbeda
dengan kebohongan pada orangtua sering kali sangat sulit untuk mendeteksi
kebohongan anak dari ekspresi wajahnya. Bila orangtua berbohong maka dia
cenderung untuk menghindari bertatap muka dengan lawan bicaranya. Tidak
demikian dengan anak-anak. Seringkali mereka dengan polosnya mengekspresikan
kebohongan tersebut. Karena itu yang penting diperhatikan pada anak-anak
bukanlah apakah dia berbohong atau tidak, namun apa yang diungkapkannya.
Selanjutnya yang perlu dipilah-pilih adalah apa yang membuat dia berbohong.
Secara ringkas yang perlu diperhatikan adalah apa yang menjadi isi cerita anak.
Isi cerita mengungkapkan banyak hal, baik yang secara nyata diungkapkan maupun
apa yang tersirat didalamnya.
4. Pengaruh
Kecenderungan Berbohong Terhadap Perkembangan Anak
Seiring
dengan bertambah usia, anak akan dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan
atau cerita fiksi saja. Hal yang harus disadari betul bahwa memang pada masa
usia Tk, kecenderungan berfantasi merupakan bagian dari proses perkembangan
kognitifnya, untuk itu jangan dihambat namun diarahkan saja. Pengaruhnya pada
anak yaitu:
a. Terhambatnya
perkembangan emosi dan sosial yang tepat,
b. Akan
dijauhi oleh teman-temannya,
c. Anak
akan semakin bingung dengan identitas siapa dirinya, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi konsep diri yang salah yang terbentuk dari perilakunya.
5. Intervensi
Menghadapi
anak yang selalu berbohong memerlukan teknik tersendiri. Ada beberapa hal yang
dilakukan pendidik untuk mengatasi hal tersebut:
a. Beri
penjelasan secukupnya dan jangan memberikan penjelasan moral yang panjang
lebar, katakana bila ia berbohong akan membuat pendidik sedih.
b. Membantu
anak membedakan fantasi dan kenyataan salah satunya dengan menanggapi anak
secara profosional, misalnya menanggapi ceritanya hebat lalu menjelaskan
tentang gambaran yang sebenarnya.
c. Mencari
penyebab mengapa anak selalu berbohong dan mengupanyakan mencari penyelesaian
selama disekolah. Tidak memojokkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya menuduh apabila dirasakan anak tersebut sering berbohong.[1]
B. Menarik
Diri (withdrawal)
1. Pengertian
Menarik Diri (withdrawal)
Withdrawal
merupakan permasalahan emosi yang diarahkan dalam diri dengan kecenderungan
menarik diri dari interaksi sosial menurut Hallahan dan Kauffman seperti yang
dikutip oleh Riana Mashar. Menurut Izzaty anak yang mengalami Withdrawal akan
sulit bergaul, cenderung bermain sendri, tidak dapat bersosialisai dan berbagi
dengan teman sekolahnya.anak yang mengalami withdrawal cukup mudah diamati
karena menunjukan gejala-gejala umum seperti:
a. Tidak
mau bersosialisasi atau bergaul selain keluarga
b. Pendiam,
redah hati, malu, takut, tidak banyak bicara, dan bermain sendiri.
c. Sering
melamun, menyendiri, dan tidak suka keramaian
d. Sibuk
dengan diri sendiri
e. Menjadi
bahan olok-olokan teman sebaya.
f. Cenderung
tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Terdapat
beberapa penyebab withdrawal pada anak, yaitu factor lingkungan yang kurang
membeti stimulasi dan dorongan untuk bersosialisasi, serta kecenderungan tipe
kepribadian anak. Selain kedua factor tersebut, Izzaty mengungkapkan bahwa rasa
tak puas diri terhadap lingkungan, ketidakminatan yang sama, dan perbedaan usia
anak dengan teman sebayanya, dapat menjadi factor yang menimbulkan prilaku
withdrawal atau menarik diri. Withdrwal perlu penganan yang serius mengingat
besar pengaruh sosialisai dengan teman sebaya terhadap perkembangan aspek
perkembangan anak. Baik piaget, anna freud, maupun Vygotsky dalam kesimpulan
penelitian-penelitian mereka menyatakan bahwa interaksi dangan teman sebaya
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, perkembangan bahasa, moral, emosi, dan
keterampilan sosial dalam diri anak.
Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam penanganan withdrawal diantaranya orang tua dan pendidik perlu
mengembangkann sikap penerimaan dan penghargaan terhadap setiap ekspresi
anak,baik persaan, ide, pernyataan, atau ungkapan-ungkapan verbal anak. Selain
itu anak juga perlu distimulasi guna mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok agar
anak berinteraksi dengan banyak orang. Jika permasalahan tersebut terus
berlanjut, sebaiknya orang tua segera mengkonsultasikan anak kepada ahli yang
lebih kompeten.[2]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesinpulan
Dari kesimpulan makalah kami Berbohong
adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Sedangkan
berbohong yang dilakukan anak usia dini mengungkapkan banyak hal, baik yang
secara nyata diungkapkan maupun apa yang tersirat didalamnya. Dari berbogong
Anak usia dini bisa lebih berimajinasi atau berkhayal seakan-akan dia melakukan
yang belum pernah dia lakukan. Tetapi orang tua juga harus memantau sejauh mana
dia berbohong kepada orang lain karena jika berkelanjutan sampai dewasa akan
berakibat buruk bagi si anak.
Withdrawal merupakan permasalahan emosi
yang diarahkan dalam diri dengan kecenderungan menarik diri dari interaksi
sosial. Ada beberapa factor mengenangi Witdrawal yaitu rasa tak puas diri
terhadap lingkungan, ketidakminatan yang sama, dan perbedaan usia anak dengan
teman sebayanya, dapat menjadi factor yang menimbulkan prilaku withdrawal atau
menarik diri.
DAFTAR
PUSTKA
Ika Izzaty Rita,
“Prilaku Anak Prasekolah”, PT
Gramedia: Jakarta 2017
https://googleweblight.com/?lite_url=https://primazip.wordpress.com/2013/06/08/gangguan-perkembangan-sosial-dan-emosional-anak-usia-dini
Komentar
Posting Komentar